Selasa, 30 Juni 2015

Inilah bangunan bersejarah yang banyak berdiri di pandeglang

Bangunan bersejarah banyak berdiri di Pandeglang



Berita Terkait
9 Monumen terkenal dunia yang diliputi misteri
9 Monumen terkenal dunia yang diliputi misteri
7 Tempat paling misterius di dunia
Goa Jepang pariwisata andalan kota Lhokseumawe


- Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten memiliki cukup banyak bangunan bersejarah yang sampai saat ini masih berdiri dan dipertahankan keasliannya.

"Bangunan situs sejarah cukup banyak, di antaranya gedung eks Pendopo Kecamatan Saketi dan eks Kewedanaan Menes," kata Kepala Seksi Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pandeglang Imron Mulyana di Pandeglang, seperti dikutip dari Antara, Jumat (30/5).

Dia menyatakan, bangunan yang memiliki nilai sejarah tersebut terus dipelihara dan kalaupun ada pemugaran tidak menghilangkan bentuk aslinya.

Imron menyatakan, untuk gedung eks Pendopo Kecamatan Saketi memiliki keunikan tersendiri, di antaranya pada bagian atap menggunakan limasan.

Bangunan yang beralamat di Jalan Raya Labuan, Kelurahan Purwasari, Kecamatan Saketi ini, kata dia, sekarang memerlukan perbaikan pada beberapa bagian yang telah mengalami kerusakan.

"Ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan, dan perlu mendapat perbaikan. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah pusat untuk merenovasi bangunan itu," katanya.

Bangunan yang memiliki luas 12 M x 18 M persegi itu, kata dia, bisa menjadi salah satu objek wisata religius. Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan langsung dapat menempuh jalur darat dengan jarak di Kota Serang, Ibu Kota Provinsi Banten hanya 42 KM.

Sebagai bangunan yang memiliki gaya yang khas pada masanya, bangunan ini menjadi penting artinya bagi ilmu pengetahuan.

"Tampaknya bentuk atap limasan pernah menjadi model arsitektur atap rumah pada sekitar tahun 1817-an, hal ini mungkin disesuaikan dengan keadaan iklim di Indonesia," katanya.

Sedangkan bangunan eks gedung Kewedanaan Menes, kata dia, terletak di Jalan Alun-alun Timur Menes, Kelurahan Purwaraja, Kecamatan Menes dan saat ini dijadikan sebagai Kantor Kecamatan Menes.

Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tua yang masih tersisa dari beberapa bangunan kolonial yang diperkirakan dibangun sekitar tahun 1848.

Arsitektur bangunan bekas Kewedanaan Menes ini merupakan gabungan antara arsitektur lokal berupa bangunan pendopo dan arsitektur kolonial yang diwakili tembok-tembok berukuran tebal dan tinggi. Bangunan ini memiliki ukuran luas 20 M x 22 M.

Arsitektur lokal terlihat dari atapnya yang memanjang, yang biasa disebut dengan istilah limasan. Bentuk atap seperti ini banyak ditemukan pada bangunan-bangunan yang ber arsitektur Jawa.

Terdapat dua bangunan tambahan pada bagian depan, yakni bangunan serambi, dan yang kedua menyerupai bentuk seperti koridor dan menyatu dengan bangunan utama.

Bangunan ini didirikan pondasi yang kokoh dan masif, terdapat tiga terap tangga untuk naik ke bangunan ini. Sisi-sisi atap diberi lisplang yang berfungsi sebagai penutup tiris berbentuk mata tombak,. Beberapa tiang ukuran kecil menopang atap bangunan.

Untuk menuju lokasi dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum, dengan jarak dari Ibu Kota Provinsi Banten sekitar 51 KM atau hanya sekitar 28 KM dari Ibu Kota Kabupaten Pandeglang.

Senin, 29 Juni 2015

Sekolah Turut Melestarikan Seni dan Budaya Asli Pandeglang

Sekolah Turut Melestarikan Seni dan Budaya Asli Pandeglang
Indonesia sangat kaya akan ragam seni dan budaya yang tersebar di seluruh Nusantara. Bangsa Indonesia sudah semestinya bangga akan hal itu. Nah, salah satu wujud kebanggaan tersebut ialah melestarikan seni dan budaya secara turun temurun.
Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten juga memiliki cukup banyak seni dan budaya tradisional. Demi melestarikannya, perlu menanamkan rasa cinta terhadap seni dan budaya pada generasi muda. Maka, tempat yang paling cocok untuk dekat dengan mereka ialah sekolah. Ada 3 jenis seni dan budaya asli Pandeglang yang dipelajari melalui sekolah-sekolah formal disana, yaitu Rampak Bedug, Ubrug dan Tari Saman.
Rampak Beduk berasal dari tradisi Ngadu Bedug warga kampung di Pandeglang. Kesenian ini biasanya dipertunjukkan untuk memeriahkan bulan Ramadhan, dilakukan menjelang dan setelah Hari Raya Idul Fitri.
Sedangkan Ubrug merupakan seni pertunjukkan teater rakyat, yang biasanya menimbulkan keramaian yang luar biasa. Pelakon Ubrug menampilkan cerita, lawakan, tarian dan lagu.
Tari Saman juga dikenal dengan sebutan Dzikir Saman atau Dzikir Maulud, menampilkan gerakan tari dan lagu yang berupa syair-syair khusus. Kesenian ini berasal dari Kesultanan Banten dan diselenggarakan pada upacara-upacara tertentu.
Rampak Bedug, Ubrug dan Tari Saman telah dimasukkan dalam pelajaran muatan lokal di Sekolah. Seni Rampak Bedug untuk SD dan SLTP, sedangkan SMA kesenian Ubrug dan SMK Tari Saman.
Selain masuk dalam kurikulum muatan lokal, ketiga jenis seni dan budaya tersebut juga dijadikan sebagai kegiatan ekstrakulikuler semua sekolah di Kabupaten Pandeglang. Para siswa yang telah terlatih juga dapat menampilkan kebolehannya dalam Pekan Seni dan Budaya yang rutin diadakan.




4 Pantai Cantik di Pandeglang ini Ramai Dikunjungi Wisatawan

4 Pantai Cantik di Pandeglang ini Ramai Dikunjungi Wisatawan

Sebagai negara kepulauan, Indonesia dianugerahi banyak pantai yang indah. Termasuk di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten juga memiliki objek wisata pantai yang tidak kalah menarik. Berikut ini adalah 4 pantai cantik di Pandeglang yang ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun asing.
1.      Pantai Carita
Pantai di tepi Selat Sunda ini memiliki fasilitas olahraga air yang lengkap. Pengunjung bisa melihat pemandangan Gunung Krakatau yang berada di kejauhan dari tepi pantai. Anak-anak suka membuat istana dari pasir, sedangkan anak muda biasanya seru-seruan dengan membuat lubang di pasir dan mengubur tubuh mereka sampai leher. Pantai yang memiliki dermaga kapal pesiar ini terbagi atas beberapa pintu masuk kawasan pantai, yaitu Pantai Karang Sari, Pantai Perhutani dan masih banyak lagi. Lokasinya di Kecamatan Carita.
2.                  Pantai Tanjung Lesung
Berupa daratan yang menjorok ke laut mirip ujung lesung di Kecamatan Panimbang. Pantai berpasir putih ini masih asri dan bersih. Selain olahraga dalam air, pengunjung juga bisa memancing.
3.                  Pantai Ciputih
Pantai cantik nan luas ini berada di Kecamatan Sumur. Pengunjung akan terkesima dengan panorama alam yang menawan dengan hamparan pasir putih berjenis butiran merica kecil yang halus. Selain Pantai ini, di ujung barat Pulau Jawa juga terdapat Pantai Legon, Pantai Sumur, Pantai Muara Baru Tanjungan, Pantai Dadap Langun dan Pantai Keusik Panjang.
4.                  Pantai Bama
Persiapkan diri untuk snorkling menikmati taman bawah laut di sekitar Pulau Popole dan Liwungan. Pantai yang berada di Kecamatan Pagelaran ini menyajikan keindahan berbagai jenis ikan, satwa laut dan terumbu karang yang cantik.




Suasana Asyik di Kota Santri, Pandeglang

Suasana Asyik di Kota Santri, Pandeglang

Pandeglang telah dikenal sebagai Kota Santri atau Seribu Ulama Satu Juta Santri. Bukan hanya karena banyaknya Pondok Pesantren hingga ke pelosok desa, namun memang kebudayaan yang tumbuh disana selalu berpedoman pada nilai-nilai keagamaan. Peninggalan sejarah syiar Islam juga menjadi wisata ziarah disana.
Santri menuntut ilmu di Pondok Pesantren untuk dididik oleh para Ulama agar menjadi orang-orang yang mulia, karena tinggi akhlaknya.
Tarmizi, alumnus salah satu pondok pesantren di Pandeglang mengungkapkan tentang bagaimana suasana belajar agama saat ia menjadi Santri.
“Waktu saya mondok di Pandeglang, lingkungannya sangat tenang dan cocok untuk belajar. Rasanya jauh berbeda dari tempat tinggal asli saya di Ibukota,” kata Tarmizi, Kamis (25/06/2015).
Suasana religius dibangun dalam lingkungan pendidikan di Pandeglang. Misal, adanya alunan sholawat Nabi, pengajian malam jum’atan, tawassul, dzikir bersama dan berbagai kegiatan islami lainnya.
“Kira-kira seperti lirik lagu yang berjudul kota santrilah. Tiap pagi dan sore hari, muda mudi berbusana rapi dan menyandang kitab suci untuk mengaji dan belajar agama,” tambahnya.
Sebagai pemuda yang pernah belajar di Pandeglang, Tarmizi memiliki kesan mendalam dan pengalaman yang mengasyikkan selama disana.
“Hal yang juga saya rindukan ialah meriahnya perayaan, seperti Maulid Nabi dan Isra Mi’raj. Apalagi di bulan Ramadhan, asyik sekali menabuh bedug menjelang Idul Fitri bersama teman-teman. Bedug itu alat musik utama disana dan bahkan ada kesenian lokal yang bernama rampak bedug,” terangnya.

Mengenal 6 Gunung di Pandeglang

Mengenal 6 Gunung di Pandeglang

Salah satu kegiatan travelling yang cukup digandrungi anak muda belakangan ini adalah mendaki gunung. Beruntungnya, Indonesia memiliki banyak daerah pegunungan dengan keindahan yang tiada tara. Nah, inilah 6 gunung yang mungkin bisa dijadikan tujuan trekking kita selanjutnya di Pandeglang :
1.      Gunung Karang (1.778 mdpl)
Terdapat 3 objek kunjungan utama, yaitu Sumur Tujuh, Kolam Renang Cikoromoi dan Pemandian Air Panas Cisolong. Gunung berapi aktif nan mistis ini dikenal sebagai wisata spiritual untuk berziarah di Petilasan Pangeran TB. Jaya Raksa, Sesepuh Kerajaan Banten.
2.                  Gunung Pulosari (1.346 mdpl)
Berdasarkan sejarahnya, gunung berapi yang juga aktif ini dianggap kramat. Wisatawan dapat mengunjungi Curug Putri dan Kawah Ratu.
3.                  Gunung Aseupan (1.174 mdpl)
Gunung berbentuk kerucut yang berada di sebelah Gunung Pulosari ini masih sangat asri dan jarang terjamah oleh para pendaki. Karena kekhasan ekosistemnya, gunung ini didaulat menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA).
4.                  Gunung Honje (620 mdpl)
Berada dalam wilayah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Pengunjung disuguhi panorama vegetasi hutan pegunungan rendah dan satwa-satwa liar dilindungi, seperti Badak Bercula Satu dan Owa Jawa. Selain itu, terdapat Sungai Cigenter, Curug Paniis, Curug Cikacang dan Sumber Air Panas Cibiuk.
5.                  Gunung Tilu (562 mdpl)
Gunung yang berada di kawasan Gunung Honje ini adalah lokasi wisata ziarah di Makam Ki Buyut Ukur yang merupakan pahlawan orang Sunda.
6.                  Gunung Payung (480 mdpl)
Puncaknya tampak nyata di Ujung Kulon bagian barat dengan lereng curam dan hutan primer yang rimbun. Terdapat batu-batu karang yang tinggi dan sebuah gua kramat yang bernama Sangyangsirah.


Salah satu kegiatan travelling yang cukup digandrungi anak muda belakangan ini adalah mendaki gunung. Beruntungnya, Indonesia memiliki banyak daerah pegunungan dengan keindahan yang tiada tara. Nah, inilah 6 gunung yang mungkin bisa dijadikan tujuan trekking kita selanjutnya di Pandeglang :
1.      Gunung Karang (1.778 mdpl)
Terdapat 3 objek kunjungan utama, yaitu Sumur Tujuh, Kolam Renang Cikoromoi dan Pemandian Air Panas Cisolong. Gunung berapi aktif nan mistis ini dikenal sebagai wisata spiritual untuk berziarah di Petilasan Pangeran TB. Jaya Raksa, Sesepuh Kerajaan Banten.
2.                  Gunung Pulosari (1.346 mdpl)
Berdasarkan sejarahnya, gunung berapi yang juga aktif ini dianggap kramat. Wisatawan dapat mengunjungi Curug Putri dan Kawah Ratu.
3.                  Gunung Aseupan (1.174 mdpl)
Gunung berbentuk kerucut yang berada di sebelah Gunung Pulosari ini masih sangat asri dan jarang terjamah oleh para pendaki. Karena kekhasan ekosistemnya, gunung ini didaulat menjadi Taman Hutan Raya (TAHURA).
4.                  Gunung Honje (620 mdpl)
Berada dalam wilayah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Pengunjung disuguhi panorama vegetasi hutan pegunungan rendah dan satwa-satwa liar dilindungi, seperti Badak Bercula Satu dan Owa Jawa. Selain itu, terdapat Sungai Cigenter, Curug Paniis, Curug Cikacang dan Sumber Air Panas Cibiuk.
5.                  Gunung Tilu (562 mdpl)
Gunung yang berada di kawasan Gunung Honje ini adalah lokasi wisata ziarah di Makam Ki Buyut Ukur yang merupakan pahlawan orang Sunda.
6.                  Gunung Payung (480 mdpl)
Puncaknya tampak nyata di Ujung Kulon bagian barat dengan lereng curam dan hutan primer yang rimbun. Terdapat batu-batu karang yang tinggi dan sebuah gua kramat yang bernama Sangyangsirah.

Alun-alun Pandeglang Pusat Berkumpulnya Anak Muda

Alun-alun Pandeglang Pusat Berkumpulnya Anak Muda
Sesuai tradisi pusat suatu pemerintahan di Pulau Jawa, tentunya terdapat Alun-alun sebagai pusat kegiatan atau aktivitas masyarakat. Kabupaten Pandeglang juga memiliki Alun-alun yang diberi nama Taman Berkah Pandeglang, sesuai dengan motonya yaitu Pandeglang BERKAH (Bersih, Elok, Ramah, Kuat, Aman dan Hidup). Lokasinya dekat dengan Gedung DPRD Kabupaten Pandeglang, Kantor Bupati dan juga Gedung Pemuda.
Alun-alun Pandeglang yang selalu ramai ini terus menerus dipercantik dan dilengkapi berbagai sarana penunjang, seperti olahraga dan bermain anak. Selain itu, aneka kuliner tersedia untuk dinikmati para pengunjung. Memang biasanya Alun-alun Pandeglang juga digunakan sebagai tempat diselenggarakannya perayaan-perayaan resmi maupun pertunjukan dan hiburan bagi warga sekitar Kabupaten Pandeglang.
Banyak anak muda Pandeglang yang datang ke Alun-alun di pagi dan sore hari, terutama pada hari libur. Selain untuk jalan-jalan santai dan berolahraga, kalangan anak sekolah hingga muda-mudi Pandeglang juga melakukan kegiatan positif lain, seperti berdiskusi bahkan membuat taman belajar.
Komunitas-komunitas pemuda yang memiliki kesamaan minat atau hobi juga sering berkumpul di Alun-alun Pandeglang. Antara lain, yaitu komunitas pecinta olahraga, sepeda, hewan peliharaan, seni dan budaya.
Keberadaan Alun-alun dapat menjadi ruang positif bagi pemuda Pandeglang untuk bersosialisasi dan berekspresi. Untungnya Pandeglang berada di kaki Gunung Karang yang dikenal dengan udara yang sejuk dan asri, sehingga menambah kenyamanan untuk menghabiskan waktu di Alun-alun Pandeglang.





Selasa, 16 Juni 2015

Alun-alun Pandeglang

PANDEGLANG, Pandeglang Merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Provinsi Banten.
Salah satu Daerah yang masuk pada 183 Kabupaten Tertinggal di Indonesia , berikut foto-foto mengenai Kab. Pandeglang tem[o doeloe yang didapat dari berbagai sumber.
  • Presiden Soekarno sedang menerima hadiah barang kerajinan tangan dari penduduk Pandeglang, 1951. Dipenra JB No. 5101/118

PANDEGLANG, Pandeglang Merupakan salah satu Kabupaten di Wilayah Provinsi Banten.
Salah satu Daerah yang masuk pada 183 Kabupaten Tertinggal di Indonesia , berikut foto-foto mengenai Kab. Pandeglang tem[o doeloe yang didapat dari berbagai sumber.
  • Presiden Soekarno sedang menerima hadiah barang kerajinan tangan dari penduduk Pandeglang, 1951. Dipenra JB No. 5101/118

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Jembatan kereta api di Pandeglang sedang diuji cobakan dengan menggunakan lokomotif, 1904.

    Sumber : ARSIP BANTEN
  • Bangunan Bank I.M.A Banten Pusat di Pandeglang, pendirian bank ini atas inisiatif ex. Majoor Sjachra. Pejuang-pejuang gerilya mempunyai andil dalam pendirian Bank I.M.A, Maret 1958.
Sumber : ARSIP BANTEN
  • Sketsa figuratif Pandeglang Karesidenan Banten, tampak perkebunan kopi dengan gudang kopi dan rumah tinggal pengawas perkebunan, tanpa tanggal. De haan No. B.22

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pameran kerajinan bunga oleh organisasi wanita GOW (Gabungan Organisasi Wanita) Kabupaten Pandeglang, Maret 1958. Dipenra JB No. 5802/044

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Camat Pandeglang Achmad Zis menerima panji kehormatan bergilir mengenai perlombaan pembangunan Kecamatan, Maret 1958. Dipenra JB No. 5802/038

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Hari Ulang Tahun PPI (Pemuda Puteri Indonesia) cabang Pandeglang, Ketua PPI N. Hafsah sedang berpidato, Maret 1958. Dipenra JB No. 5802/041


Sumber : ARSIP BANTEN


Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pemilihan Umum untuk konstituante di Pandeglang, para petugas sedang memperhatikan amanat ketua PPS (Panitia Pemungutan Suara), 15 Desember 1955 Dipenra JB No. 5502/896


Sumber : ARSIP BANTEN
  • Kereta api membawa 1500 penumpang emigran asal Jawa ke Banten.




Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pembangunan jalan kereta api dengan tiang penyangga yang dibangun di dasar jurang, Rangkasbitung, Labuan.




Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pos penjagaan kereta api, tampak seorang petugas sedang menggerakkan alat untuk memindahkan rel kereta api, di Anyer. KIT JB No.. 0036/035




Sumber : ARSIP BANTEN

Menara Air di dekat Mapolres Pandeglang dan sebelah Rumah Sakit Umum lama Pandeglang dan dekat Mesjid Agung Ar-Rahman merupakan salah satu peninggalan masa lalu dan merupakan salah satu Cagar Budaya....
Sumber : ARSIP BANTEN
  • Jembatan kereta api di Pandeglang sedang diuji cobakan dengan menggunakan lokomotif, 1904.

    Sumber : ARSIP BANTEN
  • Bangunan Bank I.M.A Banten Pusat di Pandeglang, pendirian bank ini atas inisiatif ex. Majoor Sjachra. Pejuang-pejuang gerilya mempunyai andil dalam pendirian Bank I.M.A, Maret 1958.
Sumber : ARSIP BANTEN
  • Sketsa figuratif Pandeglang Karesidenan Banten, tampak perkebunan kopi dengan gudang kopi dan rumah tinggal pengawas perkebunan, tanpa tanggal. De haan No. B.22

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pameran kerajinan bunga oleh organisasi wanita GOW (Gabungan Organisasi Wanita) Kabupaten Pandeglang, Maret 1958. Dipenra JB No. 5802/044

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Camat Pandeglang Achmad Zis menerima panji kehormatan bergilir mengenai perlombaan pembangunan Kecamatan, Maret 1958. Dipenra JB No. 5802/038

Sumber : ARSIP BANTEN
  • Hari Ulang Tahun PPI (Pemuda Puteri Indonesia) cabang Pandeglang, Ketua PPI N. Hafsah sedang berpidato, Maret 1958. Dipenra JB No. 5802/041


Sumber : ARSIP BANTEN


Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pemilihan Umum untuk konstituante di Pandeglang, para petugas sedang memperhatikan amanat ketua PPS (Panitia Pemungutan Suara), 15 Desember 1955 Dipenra JB No. 5502/896


Sumber : ARSIP BANTEN
  • Kereta api membawa 1500 penumpang emigran asal Jawa ke Banten.




Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pembangunan jalan kereta api dengan tiang penyangga yang dibangun di dasar jurang, Rangkasbitung, Labuan.




Sumber : ARSIP BANTEN
  • Pos penjagaan kereta api, tampak seorang petugas sedang menggerakkan alat untuk memindahkan rel kereta api, di Anyer. KIT JB No.. 0036/035




Sumber : ARSIP BANTEN

Menara Air di dekat Mapolres Pandeglang dan sebelah Rumah Sakit Umum lama Pandeglang dan dekat Mesjid Agung Ar-Rahman merupakan salah satu peninggalan masa lalu dan merupakan salah satu Cagar Budaya....